Monday, November 15, 2010

Keterkaitan Bencana dan Kekuatan militer




Bencana yang sering melanda Indonesia selalu meninggalkan luka yang mendalam juga membuat repot pemerintah.

Namun dibalik semua itu ternyata ada nilai posotif yang bisa diambil dari "repotnya pemerintah" secara tidak langsung tanggap darurat yang dilaksanakan pemerintah terbilang berhasil,tidak main-main kita dicoba dengan tinga bencana sekaligus,di Mentawai,DIY dan Papua.

Nilai positif yang saya maksud adalah kesigapan militer Indonesia untuk membantu para korban bencana ,walaupun ada 3 bencana sekaligus ternyata militer kita mampu untuk terjun langsung.Semua pasukan diarahkan untuk membantu para korban juga mengirim makanan,evakuasi dan membangun infrastruktur.

Nilai postif yang kedua adalah mampunya pemerintah kita memberi komando yang tegas,cepat dan tepat dalam menangani bencana.

Nilai postif yang ketiga adalah tumbuhnya rasa kebersamaan diantara elemen bangsa,saling tolong dan banyak dari elemen bangsa ini merespon bencana dengan spontan sehingga mereka rela memberikan sumbangan dengan cepat.


Lalu dimanakah letak hubungan antar bencana dan militer kita ?,saya akan uraikan hal ini dalam tiga poin:

1.Sikap tanggap cepat dari militer menunjukkan tingkat kesiapan mereka jika sewaktu-waktu pihak musuh menyerang NKRI,dalam hal ini ternyata prajurit TNI sangat cepat tanggap dan itu menunjukkan "menghalau musuh jau diluar sebelum masuk NKRI"

2.Pemerintah bisa mengatasi jika kemungkinan perang terjadi dibeberapa wilayah NKRI,pengiriman pasukan yang cepat dan penyebaran dalam skala besar.Hal ini dilihat dari bencana yang terjadi di Indonesia tidak hanya disatu daerah namun meliputi tiga daerah sekaligus.

3.Rakyat ini ternyata sangat mencintai negerinya,jika suatu saat perang besar terjadi dipastikan rakyat dan TNI akan bahu membahu untuk perang melawan musuh,membantu dengan uang dan materi yang dimilikinya.

Gambaran diatas sangat jelas dan realita.
READ MORE - Keterkaitan Bencana dan Kekuatan militer

Thursday, September 10, 2009

Stop Berpikir Negatif!


Jumat, 4 September 2009 | 17:13 WIB

KOMPAS.com - Kebanyakan dari kita cenderung lebih mudah melihat atau berpikir dari sisi negatif. Buktinya, dalam sebuah penelitian kecil yang saya lakukan pada salah satu kelas perkuliahan yang saya ampu kebanyakan mahasiswa menyebutkan hal-hal negatif terlebih dahulu saat diminta menilai dirinya dan orang lain.

Daftar hal – hal yang negatif juga lebih panjang daripada yang positif. Selain itu, dalam sebuah diskusi, beberapa mahasiswa mengakui bahwa lebih mudah menyebutkan hal – hal negatif daripada yang positif.

Berpikir negatif tampaknya menjadi bagian dari kehidupan kita sebagai manusia yang tidak sempurna. Tetapi tidak berarti kita menyerah pada pikiran negatif dan tidak juga berarti kita sama sekali tidak boleh berpikir negatif. Maksudnya, kita harus membatasi pikiran negatif!

Ada kalanya pikiran negatif membuat kita tetap waspada dan berjaga jaga. Misalnya seorang istri yang berpikiran negatif tentang suaminya atau curiga suaminya berselingkuh.

Kecurigaan tersebut dapat membantu si istri waspada dan berjaga – jaga, tetapi yang perlu diperhatikan adalah ia harus membatasi pikiran negatifnya.

Artinya adalah boleh saja ia waspada, tetapi berhenti mencurigai tanpa bukti yang kuat atau alasan yang jelas. Jangan biarkan pikiran negatif meracuni dirinya dan membuat suami istri bertengkar bahkan sampai akhirnya bercerai.

Pikiran negatif, STOP!!!
Lalu bagaimana kita membatasi atau mengatasi pikiran negatif yang muncul di kepala kita? Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, antara lain:
Pertama, batasi pikiran negatif dengan berpikir rasional. Ketika pikiran negatif muncul, kita harus melatih diri kita untuk berpikir rasional, berpikir dengan jernih, menimbang dan mencoba mencari bukti atau penjelasan. Pada kasus istri yang mencurigai suaminya berselingkuh, si istri sebaiknya tidak langsung menyerang, tetapi mengevaluasi keadaan tersebut, benarkan suaminya berselingkuh? Apa yang mungkin mendorong atau melatarbelakangi hal tersebut?

Kedua, sadari bahwa banyak hal di dunia ini memiliki sisi positif dan negatif, ada kelebihan dan ada kekurangan. Penyadaran tentang dua sisi ini dapat membantu agar tidak berat sebelah. Tidak terlalu memuji atau mengagungkan sesuatu, dan tidak terlalu merendahkan atau meremehkan sesuatu.

Menyadari kedua sisi secara utuh juga dapat mempersiapkan kita memutuskan dengan bijak dan menerima risiko. Pada kasus istri yang mencurigai suami, si istri dapat membatasi pikiran negatifnya dengan menyadari bahwa bukan hanya suaminya yang negatif (dalam hal ini mungkin berselingkuh), tetapi ia juga memiliki sisi negatif yang mungkin dapat membuat suaminya berselingkuh. Sehingga tidak hanya asal curiga, tetapi si istri juga bersedia mengevaluasi dirinya.

Ketiga, berpikirlah positif. Berpikir positif berarti menggunakan cara pandang yang positif. Apa yang dapat kita pelajari dari suatu kejadian? Hikmah apa yang bisa kita ambil dari pengalaman kita? Dengan berpikir positif, kita tidak lagi terpaku pada kekuatiran, kesedihan, kedukaan atau bahkan kehancuran yang kita alami. Tetapi kita dapat melihat hal – hal yang lebih berarti, yaitu pelajaran hidup yang dapat mengembangkan atau mengubah kehidupan kita.

Pada kasus istri yang mencurigai suaminya, jika si istri dapat berpikir positif, maka ia justru dapat membenahi dirinya, sehingga membuat suaminya tambah sayang dan batal selingkuh. Atau jika benar suaminya selingkuh, maka dengan berpikir positif, si istri dapat lebih tegar dan bersikap bijak menghadapi suaminya.

Siapapun Anda, kapan dan di manapun berada, ketika pikiran negatif mulai muncul, bersiaplah membatasinya. Pikiran negatif, STOP !!!


P. Henrietta, S.Psi, pengajar pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
READ MORE - Stop Berpikir Negatif!

Langsing Berkat Air


KOMPAS.com - Bila Anda termasuk orang yang rajin mengikuti berbagai pola diet untuk melangsingkan badan, tentu pernah mendengar tentang manfaat air untuk menurunkan berat badan.

Menurunkan badan dengan air, sebenarnya hanya efektif untuk mereka yang tubuhnya agak dehidrasi. Sementara bila selama ini Anda sudah cukup minum air, menambah asupan air dalam pola makan Anda tak akan berpengaruh banyak.

Menurut Amanda Carlson, RD, direktur performance nutrition Athelete's Performance, air dibutuhkan dalam setiap proses sel di tubuh. Seperti halnya BBM untuk bensin, bagi tubuh air merupakan bahan bahar agar metabolisme tubuh bisa berjalan.

"Metabolisme kita pada dasarnya merupakan rangkaian dari reaksi kimia dalam tubuh. Bila kita dehidrasi, reaksi kimia akan melambat. Bahkan kekurangan satu persen air bisa membuat metabolisme turun," kata Trent Nessler, managing director Baptist Sport Medicine, Nashville, AS.

Diet dengan air

Pada dasarnya, rasa lapar dan haus agak sulit dibedakan. Karena itu, terkadang bila kita merasa lapar yang sebenarnya terjadi adalah tubuh kekurangan air. Jadi, jangan terburu-buru makan atau ngemil, cobalah minum segelas air.

Penelitian juga menunjukkan minum segelas air sebelum makan akan membuat perut terasa kenyang sehingga porsi makan pun berkurang.

Dalam sebuah penelitian diketahui, orang yang minum air sebelum makan, kalori yang diasupnya bisa berkurang 75 kalori. Jumlah itu mungkin kecil, tapi bila setiap hari dilakukan, dalam setahun Anda sudah mengurangi 27.000 kalori atau setara dengan 3,6 kilogram. Lumayan, kan?

Selain itu, konsumsi air yang cukup juga akan membuat pencernaan lebih lancar. "Air akan membuat kerja ginjal dalam mengatur sirkulasi cairan tubuh menjadi lebih baik. Selain itu cukup air akan menghindarkan kita dari sembelit," kata Renee Melton, MS, direktur nutrisi dari Sensei, program nutrisi dan penurunan tubuh secara online.

AN
Sumber : WebMD
READ MORE - Langsing Berkat Air

Kaki Mulus, Bebas Varises


Rabu, 9 September 2009 | 10:27 WIB

KOMPAS.com - Apakah kaki Anda sering terasa pegal dan kejang? Perhatikan juga, apakah urat-urat betis Anda tampak menonjol. Hati-hati, mungkin saja Anda terkena varises.

Varises adalah pembuluh darah yang membesar, berkelok-kelok, berwarna kebiruan yang tampak jelas pada betis. Keadaan ini pasti tidak sedap dipandang mata, apalagi untuk para wanita yang tentunya sangat peduli akan penampilan.

Anda bisa mengurangi risiko timbulnya varises dengan cara-cara sebagai berikut:

- Olahraga teratur untuk memperkuat kaki dan pembuluh darah vena pada tungkai.

- Hindari menyilangkan kaki saat duduk.

- Jaga agar berat badan ideal. Hindari kelebihan berat badan.

- Berbaringlah dengan posisi kaki lebih tinggi daripada jantung selama 20 menit setiap hari setelah beraktivitas.

- Posisikan kaki lebih tinggi saat beristirahat.

- Hindari berdiri terlalu lama.

- Hindari duduk terlalu lama. Beristirahatlah setiap 45 menit sekali untuk melancarkan peredaran darah dengan berjalan kaki sejenak.

- Konsumsilah sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung serat, sehingga dapat merangsang sirkulasi darah.

- Kurangi penggunaan sepatu hak tinggi.




Sumber : Majalah Sekar
READ MORE - Kaki Mulus, Bebas Varises

Tuesday, September 1, 2009

Usir Nyamuk Secara Alami


Jumat, 28 Agustus 2009 | 12:33 WIB

Ada dua jenis obat pengusir nyamuk yang dijual secara komersil di pasaran, yaitu yang terbuat dari bahan kimia sintetis dan minyak tanaman. Yang telah diteliti dan diakui secara internasional mengandung bahan aktif N, N-diethyl-3-methylbenzamide (DEET).

DEET bekerja dengan cara menghambat reseptor kimia karbondioksida dan asam laktat. Kedua zat itu merupakan substansi yang dihasilkan tubuh manusia, yang dapat "menarik" nyamuk. DEET tak boleh dioleskan pada kulit yang sedang terluka. Senyawa ini bersifat racun bila tertelan atau terkena mukosa mata.

Karena itu, dianjurkan untuk menggunakan bahan-bahan alami saja. Selain lebih efektif mengusir nyamuk, juga tanpa efek samping. Jenis tanaman yang berkhasiat sebagai pengusir nyamuk adalah geranium, yang mengandung senyawa geraniol.

Penelitian terbaru membuktikan, lilin aromaterapi yang mengandung geraniol bekerja lima kali lebih efektif dalam mencegah gigitan nyamuk, daripada lilin sitronela (sereh).

Center for Disease Control and Prevention juga merekomendasikan minyak lemon eucalyptus sebagai repelan (obat anti nyamuk). Studi menunjukkan, minyak lemon eucalyptus mampu menangkal nyamuk selama 6 jam. Sama dengan jika kita menggunakan DEET. Kesimpulannya, geraniol dan minyak lemon eucalyptus adalah pilihan terbaik seabgai obat atau krim anti nyamuk.

Narasumber: Andrew Weil, MD
Pendiri dan direktur Program Pengobatan Integratif di College of Medicine, University of Arizona.
READ MORE - Usir Nyamuk Secara Alami

Wednesday, August 26, 2009

Gangguan Jiwa Gara-gara Facebook dan Blackberry


KOMPAS.com - Gangguan jiwa pun mengikuti perkembangan zaman dan teknologi! Dr Joel Gold, seorang psikiater dan asisten profesor di bidang psikiatri dari New York University, memperkenalkan gangguan kejiwaan yang dinamakan truman show delusion pada 2006.

Gejalanya, penderita berpikir bahwa setiap gerakannya direkam dan akan ditayangkan dalam acara reality show! Persis seperti film Truman Show yang dibintangi Jim Carrey.

Jenis gangguan jiwa lain yang khas dialami oleh penduduk dunia modern adalah perasaan selalu dibayangi oleh "mata-mata" dari dunia maya yang berasal dari komputer atau Blackberry. Para ahli menyebutnya sebagai "delusi internet".

Meski kedengarannya mustahil, seperti dilansir oleh harian New York Post, di Inggris dan Amerika sana, dua jenis gangguan kejiwaan ini kian banyak ditemukan.

Makanya, jangan sampai kecanduan Facebook dan Twitter menggantikan ajang sosialisasi Anda di dunia nyata!


READ MORE - Gangguan Jiwa Gara-gara Facebook dan Blackberry

Pendidikan Watak Lewat Pembiasaan




KOMPAS.com - Bagaimana seorang anak bisa jadi pribadi berwatak, yang secara naluriah menjalankan kebaikan dan menampik keburukan? Perlukah anak diberi pendidikan budi luhur di sekolah untuk menjadi pribadi berintegritas moral tinggi?

Tidak perlu. Itulah jawaban yang bisa dipetik dari buku terbaru Franz Magnis-Suseno berjudul "Menjadi Manusia, Belajar dari Aristoteles".

Menurut Magnis, yang lebih diperlukan untuk menghasilkan pribadi yang beretika adalah pembiasaan. Tapi Magnis memngingatkan orangtua bahwa dalam mempraktikkan pembiasaan itu, anak tak perlu dipaksa-paksa.

"Anak tak perlu dipaksa berlaku etis, tapi dibantu agar mereka merasa gembira saat berbuat baik dan sedih saat berbuat buruk," kata Magnis.

Inilah tragedi zaman yang penuh kelimbahan material bagi sebagian orang: di sekolah anak-anak diajari berbagai keutamaan hidup, menghormati orang lain, berlaku hemat, tapi di rumah mereka dibiarkan menyuruh pembantu rumah semau "gue", menyantap makanan berlebih dan membuangnya saat tak sanggup menghabiskannya.

Hegemoni kapitalisme memang tak bersahabat dengan keutamaan etis: pola hidup ugahari sudah terasa kuno. Yang dipeluk banyak orang adalah membeli dan membeli. Berbelanja berlebih disahkan bahkan didorong-dorong untuk menghidupkan pertumbuhan ekonomi.

Orang kecil yang menjadi pelayan di mal-mal akan ikut "sekarat" jika orang berduit tidak membeli lagi perkakas rumahnya yang sebetulnya masih mencukupi. Para pelayan dan satpam rumah-rumah makan mewah tak akan dapat upah jika semua orang berpola hidup ugahari dengan memasak sendiri makanan mereka.

Di zaman ini, ada nilai etisnya sendiri jika seseorang memanjakan perutnya dengan sekali makan bisa menghabiskan Rp300.000,- misalnya. Atau, jika seseorang meneguk anggur merah berkualitas seharga Rp200.000,- segelas, orang itu menghidupkan mata rantai ekonomi yang mendatangkan nafkah bari banyak kaum pas-pasan.

Lantas bagaimana memecahkan perkara pola hidup ugahari bagi pendidikan watak anak-anak? Buku Magnis ini tak memberi jawab. Magnis cuma mengingatkan orangtua bahwa anak-anak tak perlu dikuliahi untuk berbuat baik tapi cukup diajak berlaku etis.

Buku ini cukup simpel dalam menemukan ukuran apakah seorang bisa dianggap berhasil atau gagal di bidang perilaku etik. Orang itu bisa disebut bermoral atau tak bermoral bergantung pada situasi batin tatkala berbuat baik atau jelek.

Kalau dia senang berbuat jelek dan berat hati berbuat baik, dia dimasukkan dalam kategori gagal moral. Sebaliknya, sukses moral terjadi ketika seseorang bahagia berbuat baik dan sedih berbuat jelek.

Agaknya, kategori itu bisa dijadikan pegangan untuk mendidik moral anak. "Reality show" yang banyak ditayangkan teve belakangan ini juga langsung atau tak langsung dapat membantu mengarahkan pemirsanya untuk merasakan bahwa berbuat etis itu membahagiakan.

Tentu saja, tayangan itu tak memadai untuk membangun watak etis anak-anak. Anak perlu pembiasaan. Bukan sekadar membiasakan menonton orang berbuat luhur seperti di "reality show" itu.

Yang hendak dikatakan oleh Magnis adalah: membiasakan anak berlaku etis akan sampai pada pendidikan terpenting bahwa anak-anak dituntun untuk menjadi bahagia karena berlaku etis.

Kebahagiaan, kata Magnis yang mendasarkan uraiannya pada pikiran Aristoteles, tak bisa dicari dengan memburu yang nikmat dan menghindari yang menyakitkan.

Kebahagiaan tak bisa diburu secara langsung. Kebahagiaan itu akibat dari tindakan, perbuatan nyata. Jika dikejar secara langsung. Kebahagiaan bisa mengelak.

Rupanya anak perlu sejak dini diajak merasakan beda antara nikmat dan bahagia. Anak perlu dibiasakan untuk merasakan nikmat luhur, yang artinya adalah nikmat yang didapat dari berbuat kebaikan. Tapi perlu ditunjukkan bahwa ada nikmat keji seperti nikmat yang diperoleh dengan mengadu jago, jengkerik, domba, mengurung burung dalam sangkar.

Beda dengan nikmat yang bisa dirasakan saat perbuatan itu dilakukan, bahagia itu lebih belakangan dan tak menghentak datangnya. Orang yang bahagia bisa merupakan pribadi apapun.

Tapi orang yang sedang menikmati tari perut, misalnya, hanya dirasakan oleh orang yang bisa mengakses hiburan asal kultur Mesir itu.

Bahagia bisa diakses oleh sufi miskin yang sebagian besar waktunya dihabiskan dengan zikir di rumah Allah, atau si zuhud yang tak kuasa menahan rindu bertemu kerajaan-Nya.

Kaum Trappist, yang menunya dari hari ke hari hanya kacang-kacangan, dan tak pernah mereguk sorga duniawi, pun merasa bahagia bahkan merasa heran bahwa ada pemburu kebahagiaan lewat kenikmatan duniawi.

Ada zaman ketika seorang filosof Epikurus diikuti banyak orang karena ajarannya yang memuja kenikmatan duniawi, yang melahirkan kultur hedonisme. Meski tak lagi menjadi arus utama, masih ada orang zaman sekarang yang menganut aliran bernikmat-nikmat keduniawian itu.

Apakah anak-anak akan termakan juga oleh Epikurus? Itulah yang agaknya menjadi tantangan pendidik saat ini dan nanti.

READ MORE - Pendidikan Watak Lewat Pembiasaan